Waspada! Inilah 5 Kelainan Siklus Menstruasi yang Harus Kamu Ketahui
SB30 Health – Sobat sehat, siklus menstruasi terkadang dapat menyebabkan gejala yang cukup mengganggu bagi sebagian besar wanita. Bahkan, tak jarang para wanita yang sedang mengalami menstruasi akhirnya perlu melakukan beberapa tindakan agar siklus menstruasi tersebut tidak mengganggu aktivitas harian.
Gejala-gejala yang umum terjadi selama menstruasi antara lain adalah pendarahan, sakit kepala, munculnya jerawat, nyeri di perut bagian bawah, kelelahan, gatal-gatal pada kulit, keputihan, nyeri payudara serta perubahan mood (mood swing)
Siklus menstruasi yang tidak teratur pada remaja umumnya normal sejak perempuan mendapatkan menstruasi pertama sampai dua tahun selanjutnya. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan hormon di masa awal haid pertama. Hormon yang dikeluarkan oleh tubuh dapat mempengaruhi lamanya waktu haid dan jumlah darah menstruasi. Seiring bertambahnya usia, siklus menstruasi pada wanita umumnya akan lebih teratur.
Jadi, apa saja sih 5 kelainan siklus menstruasi yang harus kamu ketahui? Simak beberapa poin berikut ini!
1. Amenorrhea
Amenorrhea adalah kondisi ketika wanita tidak mengalami haid atau menstruasi selama 3 siklus berturut-turut atau lebih. Kondisi ini bisa terjadi dengan alami, disebabkan oleh penyakit atau karena mengkonsumsi obat tertentu.
Konsumsi obat maupun pil KB, stres, olahraga yang berlebihan, dan berat badan yang terlalu rendah juga bisa menyebabkan amenorrhea. Tanda anda mengalami amenorrhea adalah apabila anda belum mengalami menstruasi pada usia 16 tahun. Kondisi tersebut juga bisa berkaitan dengan perkembangan seksual sekunder seperti perkembangan payudara dan rambut pubis. Selain itu, kondisi lain yang juga bisa dicurigai adalah jika Anda tidak mendapatkan menstruasi padahal sebelumnya sudah pernah mendapatkan menstruasi.
Amenorrhea sendiri terbagi menjadi dua, yaitu amenorrhea primer dan amenorrhea sekunder.
Pada amenorea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder, maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi seperti indung telur, rahim, perlekatan dalam rahim. Sendangkan pada amenorea sekunder, anda perlu memeriksa terlebih dahulu apakah mungkin anda sedang hamil. Selain itu, lakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Kadar hormon tiroid juga dapat memengaruhi kadar hormon prolaktin dalam tubuh.
2. Dysmenorrhea
Dysmenorrhea atau nyeri haid adalah hal biasa yang pernah dirasakan setiap wanita. Dysmenorrhea adalah rasa nyeri atau kram pada perut bagian bawah yang muncul sebelum atau sewaktu menstruasi.
Pada sebagian wanita, dysmenorrhea bisa terasa ringan. Namun pada sebagian lain, dysmenorrhea bisa berlebihan hingga mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
Dismenore tidak disebabkan oleh masalah pada organ reproduksi. Keadaan ini umumnya disebabkan oleh peningkatan dari prostaglandin, yang diproduksi pada lapisan dari rahim. Peningkatan prostaglandin memicu kontraksi dari uterus atau rahim. Secara alami, rahim cenderung memiliki kontraksi lebih kuat semasa haid. Kontraksi rahim inilah yang dapat menyebabkan perut terasa nyeri.
Dysmenorrhea bisa diatasi dengan cara mengompres perut menggunakan kompres hangat, mandi dengan air hangat, olahraga, atau mengkonsumsi obat pereda nyeri haid.
3. Menorrhagia
Menorrhagia adalah istilah medis untuk menggambarkan jumlah darah yang keluar saat haid berlebihan atau haid berlangsung dalam waktu lebih dari 7 hari. Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari hingga memengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Beberapa gejala yang merupakan tanda anda mengalami menorrhagia adalah :
- Volume darah yang terlalu banyak sehingga harus mengganti pembalut tiap jam dan ini berlangsung selama beberapa jam
- Harus menggunakan dua pembalut untuk menampung perdarahan
- Harus bangun untuk mengganti pembalut pada saat tidur
- Mengalami gejala anemia, misalnya lemas atau sesak napas
- Durasi menstruasi yang berlangsung lebih dari 7 hari
- Mengeluarkan gumpalan-gumpalan darah berukuran besar selama lebih dari satu hari
- Terpaksa membatasi rutinitas karena volume darah yang hilang berlebihan saat menstruasi.
Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya Menorrhagia . Faktor usia merupakan salah satu faktor risiko yang cukup rentan. Contohnya adalah remaja yang baru saja haid merupakan golongan usia yang cenderung mengalami Menorrhagia.
umumnya Menorrhagia yang dialami oleh remaja disebabkan oleh ovarium yang tak melepaskan sel telur. Sedangkan pada wanita yang usianya lebih tua, Menorrhagia disebabkan oleh patologi uterus, termasuk fibroid, polip, dan adenomiosis.
4. Metrorrhagia
Metrorrhagia adalah kelainan siklus pendarahan dari rahim yang berlebihan dan berkepanjangan secara tidak teratur dan sering. Masalah ini terjadi pada sekitar 24 persen wanita yang berusia 40-50 tahun.
Penyebab terjadinya metrorrhagia cukup beragam, dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan hromon, infeksi, miom, hingga kanker. Jika muncul menometrorrhagia, dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menjalani pemeriksaan sehingga dapat ditangani penyebabnya.
Perawatan untuk kondisi Metrorrhagia ini tergantung pada penyebabnya. Biasanya pengobatan awal yang mungkin dilakukan oleh dokter, yaitu:
- Pil KB untuk mengatur kadar hormon Anda.
- Terapi progestin yang dapat membantu mengencerkan lapisan rahim dan mengurangi aliran darah. Dokter akan merekomendasikan progestin dalam bentuk pil untuk dikonsumsi selama 21 hari dan kemudian berhenti selama 7 hari atau menggunakan alat kontrasepsi IUD.
- Obat antiinflamasi nonsteroid yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan membantu membekukan darah sehingga mengurangi alirannya.
5. Oligomenorrhea
Oligomenorrhea adalah kondisi ketika periode menstruasi seorang wanita pada usia subur tidak teratur atau susah diprediksi. Penyebab oligomenorea biasanya bukanlah hal yang serius. Namun pada kasus tertentu, oligomenorea bisa menjadi pertanda adanya gangguan kesehatan pada tubuh.
Menstruasi biasanya datang setiap 21 hingga 35 hari. Apabila anda tidak mengalami menstruasi selama lebih dari 35-90 hari, maka dapat dikatakan anda sedang mengalami oligomenorrhea.
Oligomenorea umumnya dialami remaja pada masa awal menstruasi, yakni sekitar 2-3 tahun setelah haid pertama. Namun kondisi ini terbilang wajar, lantaran terjadi sebagai dampak dari aktivitas hormon yang tidak stabil pada masa-masa pubertas tersebut. Oligomenorea juga lebih sering dialami oleh wanita yang memasuki masa menopause atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal, seperti pil KB atau KB suntik.
Perlu diketahui, oligomenore bukan kondisi yang serius. Periode menstruasi bisa disesuaikan dengan perubahan penggunaan kontrasepsi hormonal atau progestin. Hal yang perlu diwaspadai, ketika oligomenore merupakan gejala dari masalah kesehatan lain, seperti gangguan makan atau olahraga berlebihan. Kondisi ini tentu perlu diobati.
Apabila seorang wanita memiliki kurang dari empat siklus menstruasi per tahun selama bertahun-tahun yang terjadi secara alami dan tanpa pengobatan seperti pil KB, maka hal tersebut bisa meningkatkan risiko hiperplasia endometrium dan kanker endometrium.